Daftar Isi:

Lelaki Tampan Kiriman Tuhan
Rencana Punah, Bencana Sudah
Tangis yang Bungkam dalam Belantara Rimba
Lelaki di Ujung Pena
Selembut Pembalut
Membilang Asa pada Yang Esa
Cemburu Beraroma Baru
Izinkan Aku Mencumbui-Mu Malam Ini

***
Lelaki Tampan Kiriman Tuhan


aku lelaki tampan
sebelum tahu, sesaat tahu, sesudah tahu
apakah engkau ingin tahu?!

aku lelaki yang menangis demi menahan perasaan
dan engkau perempuan
menangis untuk menumpahkan perasaan

maka, bersedialah untuk kucintai dengan manis
bersiaplah bila kumanjakan engkau dengan hati
kurancang tulusnya cinta dan setia dengan teliti

aku lelaki terbaik
yang bisa menguras perhatianmu sampai kau tertarik
sebelum tak ada esok, bersikaplah bijak
sudahi perihku dan jangan beranjak
siapkan saja hatimu untuk selalu kuajak
mengenang jejak di setapak kita berpijak

maka, sajikanlah cinta untuk kunikmati
sebab aku lelaki tampan kiriman Tuhan
kau mengerti?!


Serang, 24 April 2011

*) Tembusan: Gadis Embun dalam Bayang Mata, "Kesetiaan dan ketulusanku telah kauremuk redamkan... Aku tak pinta apapun darimu, hanya ingin kau sadari akulah PRIA MUTAKHIR EDISI TERAKHIR... Semoga kau tidak akan pernah sesali keputusanmu, aku masih miliki banyak cinta dan kedamaian untuk dibagikan."

***

Rencana Punah, Bencana Sudah


terhempas, was-was
terhimpit sempit, sakit
bergelimpangan musnah, punah
bergulung air bah, hancur lebur tanah
berbaur anyir dan darah
kita tak berencana – seketika datang bencana

harta, adalah nyawa berharga
coba berdiri kerahkan tenaga
untuk siapa airmata – untuk apa meronta
harta pun raga, binasa sudah terlunta-lunta

kita kehilangan semua, setelah tiada
jadi plankton-plankton hiu pemangsa
coba raih dan kita tahu siapa yang harus tahu
termangu, bangkitlah dari tersedu
kita harus bicara pada hati dan wajah pilu
bukan hanya menggerutu, kufur salahkan bumi
kitalah terdakwa kitalah tersangka
tak pandai bersyukur tak pandai memuji

rencana tinggal rencana
semua terlumat bencana
sudah pula jadi merana

mari susun kembali rencana
biar tak terulang bencana
biar pula tak lagi merana


Serang, 26 Desember 2010

*) Puisi ini diikutkan dalam Event Lomba Menulis Puisi Jelang Hari Bumi (22 April) dan Hari Lingkungan Hidup Internasional (5 Juni) yang diselenggarakan secara online pada tanggal 30 Maret 2011 s/d 15 April 2011.

***

Tangis yang Bungkam dalam Belantara Rimba


/1/
dan akhirnya hidup hanya menunda kekalahan*
menunda berarti kalah
mati adalah tidur dan terjaga di lain dunia
tapi hidup terus menghirup
berulang sampai mata mengatup

/2/
dan akhirnya mati hanya sekali dan hidup akan berulang**
sedangkan adakah takdir berbohong
pada manusia yang datang berbondong-bondong
untuk memborong tiket napas dari tabung-tabung bolong

/3/
dan akhirnya hidup adalah bagian terbaik dari mati***
jadi apakah bagian terbaik dari hidup
apakah harus terus menghirup
beribadah mati-matian dan siap bertemu mati

/4/
dan akhirnya hidup adalah mata pedang yang tajam
bersimbah dosa kental pemiliknya
bercampur pula ramuan pahala tak seberapa
tak pernah ada manusia siap bila datang malaikat
terbang mengitari kepala, hati, ruh dan raga

/5/
burung raksasa itu tak bertengger di tebing
melainkan hancur remuk berkeping-keping
tangis mereka pun bungkam di belantara rimba
semula tanah menjadi tanah, meski banyak luka dan darah
kami di sini berdoa tanpa henti
banyak yang mengharap keajaiban terjadi
selebihnya semoga segala amal ibadah mereka diterima
menjadi pelajaran berharga untuk kita semua
bahwasanya hidup dan mati hanya sejengkal putaran derma
akhirnya kita diberi nama pengganti dipahat di batu nisan
tragedi tak ada yang tahu sampai pula pada batasan
bahwa hidup adalah kesempatan
sebaik-baiknya kematian


Bumi Indonesia, 9 Mei 2011

*) Petikan puisi “Derai-derai Cemara” karya Chairil Anwar,
**) Petikan puisi “Pengembara” karya Isbedy Stiawan ZS,
***) Petikan puisi “Mimpi” karya Isma Sawitri.

Puisi ini didedikasikan untuk para korban tragedi “Pesawat Sukhoi Superjet 100” yang jatuh di lereng Gunung Salak, Bogor pada hari Rabu, 9 Mei 2012. Untuk sementara para penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 45 orang tewas dalam insiden ini. Penumpang beserta awak; merupakan pesawat pengganti dari unit yang diterbangkan dalam rangkaian “Joy Flight” bagian pertama sebagai bagian dari tur promosi.

***

Lelaki di Ujung Pena


kutulis kisah ini semalaman
bacalah dengan tenang dan perlahan
karena bukankah hidup harus terus berjalan
dan maut selalu berada tepat di hadapan
jadi, bukalah kisah ini dengan senyuman
sebelum kututup dengan tangisan


Serang, 26 September 2011

***

Selembut Pembalut


jika kau luka
cobalah terka
siapa yang mengobati
dengan setulus hati

ya, itulah aku yang akan kausebut
meski rinduku seperti lelembut
tapi tenanglah, biar saja kausambu
cintaku ini selembut pembalut


Kamar Kecil Lelaki Kecil, 2 Oktober 2011

***

Membilang Asa pada Yang Esa


aku takkan bertindak curang
atas segala jalan yang telah Engkau gariskan
sejenak beri aku kesempatan
aku masih mampu berjalan
meski aral lintang sudah tak terbilang

Engkau beri aku tanda, aku takkan menunda
Engkau beri aku waktu, aku takkan keras membatu
kutunaikan dengan segala yang kubisa
karena hanya akulah yang menentukan langkah
ajarkan aku nilai-nilai baik hingga aku terbiasa
gunakan kekuatan ketika aku menyerah


Serang, 5 Mei 2012

***

Cemburu Beraroma Baru


aku adalah rahasia di balik ngilu-ngilu tangismu
tanpa prasangka tak kulesatkan rinduku
yang terbuang sia, terhantar percuma
begitu kau sempurnakan tangismu di bahuku
kita sudah tak bisa bersama
potong saja lidah cemburumu
ceburkan dalam tungku khianat
biar baranya mampuskan siasat

kau tahu, jika tidak, ketahuilah!
jiwa kian lirih, rasa kian kering kerontang
tak ada lagi tawa, semua enyah tanpa sisa
ini bukan tentang siapa di antara kita
bukan karena rindu sudah berbatang-batang
ini tentang ku dan mu
yang letih meramu
jemu...!!!


Serang, 6 Juni 2012

***

Izinkan Aku Mencumbui-Mu Malam Ini


sudah tiga malam kutanam bunga
setelah mekar kupetik, tidurku mimpi
kendalikan alurnya sedari dini, meniti
lingkup cemas berserah pasrah
apa Kau tiada bosan melihatku berkawan
dengan rusuk sesal pesakitan

sudah tiga malam tak jemu kujamah lukis imaji
di segala resah dan tempatku tumpahkan kesah
kutebang derita, kutanam cinta
untuk aku yang semula buta
yang melihat kasih sayang-Mu sebagai pertanda
hidup adalah putusnya asa, mati tak bisa ditunda
wanita adalah harta, pelipurnya adalah tahta
tak ternilai harga, hanya terdengar merdu nada
apa Kau tiada jenuh melihatku di beranda
siasati hidup ini dengan tilawah
lalu penyerahanku kini berkawah

sudah tiga malam aku tak berani
bungkam dosa yang telah lama membebani
maka Tuhan, izinkan aku mencumbui-Mu malam ini
setelahnya segala tanda dari-Mu adalah anugerah
agar aku dan para pendosa lainnya tak menyerah
bunuh muslihat dalam hidup penuh airmata dan darah


Serang - Banten, 6 Juni 2012

***

[Bersambung...]

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.